Di wilayah Kab. Tana Toraja dan Kab. Toraja Utara terdapat upacara
adat yang terkenal dan tidak ada duanya di dunia, yaitu upacara adat
Rambu Solo’ (upacara untuk pemakaman) dengan acara Sapu Randanan, dan
Tombi Saratu’, juga acara upacara Ma’nene’. Dan Upacara Adat Rambu Tuka.
Upacara-upacara adat tersebut di atas baik Rambu Tuka’ maupun Rambu Solo’ diikuti oleh seni tari dan seni musik khas Toraja yang bermacam-macam ragamnya.
RAMBU TUKA' (Upacara Pernikahan atau Syukuran)
RAMBU SOLO' (Upacara Pemakaman)
Upacara-upacara adat tersebut di atas baik Rambu Tuka’ maupun Rambu Solo’ diikuti oleh seni tari dan seni musik khas Toraja yang bermacam-macam ragamnya.
RAMBU TUKA' (Upacara Pernikahan atau Syukuran)
Upacara adat Rambu Tuka’ adalah acara yang berhungan dengan acara
syukuran bisalnya acara pernikahan, syukuran panen dan peresmian rumah
adat/tongkonan yang baru, atau yang selesai direnovasi; menghadirkan
semua rumpun keluarga, dari acara ini membuat ikatan kekeluargaan di
Tana Toraja sangat kuat semua Upacara tersebut dikenal dengan nama
Ma’Bua’, Meroek, atau Mangrara Banua Sura’.
Untuk upacara adat Rambu Tuka’ diikuti oleh seni tari : Pa’ Gellu,
Pa’ Boneballa, Gellu Tungga’, Ondo Samalele, Pa’Dao Bulan, Pa’Burake,
Memanna, Maluya, Pa’Tirra’, Panimbong dan lain-lain. Untuk seni musik
yaitu Pa’pompang, pa’Barrung, Pa’pelle’. Musik dan seni tari yang
ditampilkan pada upacara Rambu Solo’ tidak boleh (tabu ditampilkan pada
upacara Rambu Tuka’.
RAMBU SOLO' (Upacara Pemakaman)
Adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun
temurun ini, mewajibkan keluarga yang ditinggal membuat sebuah pesta
sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi.
Namun dalam Pelaksanaannya, upacara Rambu Solo terbagi dalam beberapa
tingkatan yang mengacu pada strata sosial masyarakat Toraja, yakni:
Dipasang Bongi: Upacara yang hanya diiaksanakan dalam satu malam.
Dipatallung Bongi: Upacara yang berlangsung selama tiga malam dan
dilaksanakan dirumah dan ada pemotongan hewan. Dipalimang Bongi: Upacara
pemakamanyang berlangsung selama lima malam dan dilaksanakan disekitar
rumah serta pemotongan hewan Dipapitung Bongi:Upacara pemakaman yang
berlangsung selama tujuh malam yang setiap harinya ada pemotongan hewan.
Biasanya pada upacara tertinggi dilaksanakan dua kali dengan rentan
waktu sekurang kurangnya setahun, upacara yang pertama disebut Aluk Pia
biasanya dalam pelaksanaannya bertempat disekitar Tongkonan keluarga
yang berduka, sedangkan Upacara kedua yakni upacara Rante biasanya
dilaksanakan disebuah “lapangan Khusus” karena upacara yang menjadi
puncak dari prosesi pemakaman ini biasanya ditemui berbagai ritual adat
yang harus dijalani, seperti : Ma’tundan, Mebalun (membungkus jenazah),
Ma’roto (membubuhkan ornamen dari benang emas dan perak pada peti
jenazah), Ma’Popengkalo Alang (menurunkan jenazah kelumbung untuk
disemayamkan), dan yang terkahir Ma’Palao (yakni mengusung jenazah
ketempat peristirahatan yang terakhir).
Tidak hanya ritual adat yang dapat dijumpai dalam Upacara Rambu Solo,
berbagai kegiatan budaya yang begitu menariknya dapat dipertontonkan
dalam upacara ini, antara lain : Mapasilaga tedong (Adu kerbau), perlu
diketahui bahwa kerbau di Tana Toraja memiliki ciri yang mungkin tidak
dapat ditemui didaerah lain, mulai yang memiliki tanduk bengkok kebawah
sampai dengan kerbau berkulit belang (tedang bonga), tedong bonga di
Toraja sangat bernilai tinggi harganya sampai ratusan juta; Sisemba (Adu
kaki);
Tari tarian yang berkaitan dengan ritus rambu solo’: Pa’Badong,
Pa’Dondi, Pa’Randing, Pa’Katia, Pa’papanggan, Passailo dan Pa’pasilaga
Tedong; Selanjutnya untuk seni musiknya: Pa’pompang, Pa’dali-dali dan
Unnosong.; Ma’tinggoro tedong (Pemotongan kerbau dengan ciri khas
masyarkat Toraja, yaitu dengan menebas kerbau dengan parang dan hanya
dengan sekali tebas), biasanya kerbau yang akan disembelih ditambatkan
pada sebuah batu yang diberi nama Simbuang Batu. Menjelang usainya
Upacara Rambu Solo’, keluarga mendiang diwajibkan mengucapkan syukur
pada Sang Pencipta yang sekaligus menandakan selesainya upacara
pemakaman Rambu Solo’.
PEMAKAMAN
Kematian bagi masyarakat Toraja menjadi salah satu hal yang paling
bermakna, sehingga tidak hanya upacara prosesi pemakaman yang
dipersiapkan ataupun peti mati yang dipahat menyerupai hewan (Erong),
namun mereka pun mempersiapkan tempat “peristirahatan terakhir” dengan
sedemikian apiknya, yang tentunya tidak lepas dari strata sosial yang
berlaku dalam masyarakat Toraja maupun kemampuan ekonomi individu,
umumnya tempat menyimpan jenazah adalah gua/tebing gunung atau dibuatkan
sebuah rumah (Pa’tane). Budaya ini telah diwarisi secara turun temurun
oleh leluhur mereka.
Adat masyarakat Toraja menyimpan jenazah pada tebing/liang gua,
merupakan kekayaan budaya yang begitu menarik untuk disimak lebih dalam
lagi, dapat dijumpai di beberapa kawasan pemakaman yang saat ini telah
menjadi obyek wisata, seperti :
Londa, yang merupakan pemakaman purbakala yang berada dalam sebuah
gua, dapat dijumpai puluhan erong yang berderet dalam bebatuan yang
telah dilubangi, tengkorak berserak di sisi batu menandakan petinya
telah rusak akibat di makan usia;
Lemo adalah salah satu kuburan leluhur Toraja, hasil kombinasi antara
ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dengan kreasi tangan terampil Toraja pada
abad XVI (dipahat) atau liang Paa’. Jumlah liang batu kuno ada 75 buah
dan tau-tau yang tegak berdiri sejumlah 40 buah sebagai lambang-lambang
prestise, status, peran dan kedudukan para bangsawan di Desa Lemo.
Diberi nama Lemo oleh karena model liang batu ini ada yang menyerupai
jeruk bundar dan berbintik-bintik.
Buntu Pune. Lokasi pemukiman masyarakat Toraja zaman dahulu sekaligus
pemakaman yang bernuansa eksklusif, dibangun oleh Pong Maramba sebagai
simbol pemerintah di zamannya.
Liang Tondon Ningrat atau para bangsawan di wilayah Balusu
disemayamkan di suatu tempat khusus yang terdiri dari 12 liang, lokasi
tempat pemakaman Balusu inilah yang diberi nama Liang Tondon. Saat ini
di era reformasi, Liang Tondon Balusu bersedia sebagai salah satu
Tourist Destination yang menarik untuk disimak. Tetapi sesuai
Undang-Undang Ordonantee RI, tidak boleh memindahkan/ mengambil barang
purbakala yang ada di tempat ini.
To’Doyan. Tidak berbeda dengan obyek wisata sebelumnya, To’Doyan
adalah lokasi obyek wisata berupa pohon besar yang digunakan sebagai
makam bayi (anak yang belum tumbuh giginya). Pohon ini secara alamiah
memberi akar-akar tunggang yang secara teratur tumbuh membentuk
rongga-rongga. Rongga inilah yang digunakan sebagai tempat menyimpan
mayat bayi.
Tampang Allo. Sejarah singkat obyek Tampang Allo ini merupakan sebuah
kuburan goa alam yang terletak di Kelurahan Sangalla’ dan berisikan
puluhan Erong, puluhan tau-tau dan ratusan tengkorak serta tulang
belulang manusia. Pada sekitar abad XVI oleh penguasa Sangalla’ dalam
hal ini Sang Puang Manturino bersama istrinya Rangga Bualaan memilih Goa
Tampang Allo sebagai tempat pemakamannya kelak jika mereka meninggal
dunia, sebagai perwujudan dari janji dan sumpah suami istri yakni
“sehidup semati satu kubur kita berdua”. Goa Tampang Alllo berjarak 19
km dari Rantepao dan 12 km dari Makale.
Patane Pong Massangka. Patane (kuburan dari kayu berbentuk rumah
Toraja) dibangun pada tahun 1930 untuk seorang janda bernama Palindatu
yang meninggal dunia pada tahun 1920 yang diupacarakan secara adat
Toraja tertinggi yang disebut Rapasan Sapu Randanan. Palindatu memiliki
anak bernama Pong Massangka yang memiliki jiwa perlawanan terhadap
Belanda sehingga ia dibuang ke Nusa Kambangan pada tahun 1917,
dikembalikan ke Tana Toraja pada tahun 1930 dan meninggal dunia pada
tahun 1960 dalam usia 120 tahun. Kini mayat Pong Massangka dengan gelar
Ne’Babu’ disemayamkan dalam Patane ini dan tau-taunya yang terbuat dari
batu yang dipahat siap menanti kunjungan Anda. Jaraknya 9 km dari
Rantepao arah utara.
Londa. Obyek wisata Londa yang berada di desa Sandan Uai Kecamatan
Sanggalai’ dengan jarak 7 km dari kota Rantepao, arah ke Selatan, adalah
kuburan alam purba. Tercipta secara alamiah oleh Yang Maha pengasih
Tuhan yang empunya bumi ini. Gua yang tergantung ini, menyimpan misteri
yakni erong puluhan banyaknya, dan penuh berisikan tulang dan tengkorak
para leluhur tau- tau. Tau-tau adalah pertanda bahwa telah sekian banyak
putra-putra Toraja terbaik telah dimakamkan melalui upacara adat
tertinggi di wilayah Tallulolo. Gua-gua alam ini penuh dengan panorama
yang menakjubkan 1000 meter jauh ke dalam, dapat dinikmati dengan
petunjuk guide yang telah terlatih dan profesional. Kuburan alam purba
ini dilengkapi dengan sebuah “Benteng Pertahanan”. Patabang Bunga yang
bernama Tarangenge yang terletak di atas punggung gua alam ini. Obyek
ini sangat mudah dikunjungi, oleh karena sarana dan prasarana jalannya
baik. Satu hal perlu diingat bahwa seseorang yang berkunjung ke obyek
ini, wajib memohon izin dengan membawa sirih pinang atau kembang. Sangat
tabu/pamali (dilarang keras) untuk mengambil atau memindahkan tulang,
tengkorak atau mayat yang ada dalam gua ini.
Bori’ Kalimbuang. Obyek wisata utama adalah Rante (Tempat upacara
pemakaman secara adat yang dilengkapi dengan 100 buah menhir/megalit),
dalam Bahasa toraja disebut Simbuang Batu. 102 bilah batu menhir yang
berdiri dengan megah terdiri dari 24 buah ukuran besar, 24 buah ukuran
sedang dan 54 buah ukuran kecil. Ukuran menhir ini mempunyai nilai adat
yang sama. Penyebab perbedaan adalah perbedaan situasi dan kondisi pada
saat pembuatan/pengambilan batu. Megalit/Simbuang Batu hanya diadakan
bila pemuka masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya diadakan
dalam tingkat.
Rapasan Sapurandanan (kerbau yang dipotong sekurang-kurangnya 24 ekor).
Pada tahun 1657 Rante Kalimbuang mulai digunakan pada upacara
pemakaman Ne’Ramba’ di mana 100 ekor kerbau dikorbankan dan didirikan
dua Simbuang Batu. Selanjutnya pada tahun1807 pada pemakaman Tonapa
Ne’padda’ didirikan 5 buah Simbuang Batu, sedang kerbau yang dikorbankan
sebanyak 200 ekor. Ne’Lunde’ yang pada upacaranya dikorbankan 100 ekor
kerbau didirikan 3 buah Simbuang Batu. Selanjutnya berturut-turut sejak
tahun 1907 banyak Simbuang Batu didirikan dalam ukuran besar, sedang,
kecil dan secara khusus pada pemakaman Lai Datu (Ne’Kase’) pada tahun
1935 didirikan satu buah Simbuang Batu yang terbesar dan tertinggi.
Simbuang Batu yang terakhir adalah pada upacara pemakaman Sa’pang
(Ne’Lai) pada tahun 1962. Dalam Kompleks Rante Kalimbuang tersebut
terdapat juga hal-hal yang berkaitan dengan upacara pemakaman yang
membuat kita mengetahui lebih banyak tentang Bori’ Kalimbuang.
Ta’pan Langkan. Ta’pan Langkan artinya istana burung elang. Dalam
abad XVII Ta’pan Langkan digunakan sebagai makam oleh 5 rumpun antara
lain Pasang dan Belolangi’. Makam purbakala ini terletak di desa Rinding
Batu dan memiliki sekian banyak tau-tau sebagai lambang prestise dan
kejayaan masa lalu para bangsawan Toraja di Desa Rinding Batut. Dalam
adat masyarakat Toraja, setiap rumpun mempunyai dua jenis tongkonan tang
merambu untuk manusia yang telah meninggal. Ta’pan Langkan termasuk
kategori tongkonan tang merambu yang jaraknya 1,5 km dari poros jalan
Makale-Rantepao dan juga dilengkapi dengan panorama alam yang mempesona.
Situs Purbakala Sipore.Sipore/Sirompa’ atau bertemu adalah salah satu
nama yang diputuskan hasil musyawarah dari pemuka/tokoh adat dalam
kampung Lion. Sirope sebagai salah satu tempat pekuburan, oleh
masyarakat sekitarnya dengan cara membuat liang kubur yang disebut erong
dan digantung pada tebing atau batu cadas. Berdasarkan cerita dari para
pendahulu, bahwa erong asalnya dari daerah bagian utara (Sa’dan) yang
datang dijual seharga 3 ekor kerbau, menyusur sungai Sa’dan, digunakan
di sirope. Erong menurut masyarakat Kampung Lion merupakan salah satu
cara terbaik menyimpan mayat. Melalui cara ini masyarakat secara umum
utamanya dari kalangan bangsawan dan masyarakat mampu membeli erong.
Menyusul, pada zaman besi, mulai membuat/memahat batu ini. Sirope
sebagai tempat pekuburan yang unik, mengingat erong dalam lokasi
pekuburan tersebut cukup banyak dan tertata dengan rapi. Dari keunikan
pekuburan Sirope, maka anda akan ketinggalan jika tidak mengunjungi
obyek wisata sirope. Jarak 2 km dari poros jalan Makale-Rantepao.
Demikian sejarah singkat obyek wisata sipore ini diinformasikan/
diberitakan ke seluruh dunia.
EmoticonEmoticon